Isham memandang langit seketika . Cuaca seakan tahu perasaan hatinya kini bila langit yang ditenung sudah agak gelap . Dia duduk di kerusi malas di beranda rumahnya . Dia runsing kini . Segala yang disimpan dulu sudah terlihat isinya . Lisa sudah di depan matanya tadi . Dia tidak harus bersembunyi lagi . Keluhan berat dilepaskan .
"Lambat laun Kak Lisa akan tahu juga , bang", ujar satu suara di belakang Isham .
Isham hanya menjeling . Tidak menoleh . Malah pandangannya beralih ke arah taman kecil milik bondanya yang tersusun rapi dengan pelbagai jenis bungaan . Dicari-cari bunga ros paling merah . Itu kegemaran Lisa juga merupakan hadiah pertama darinya buat Lisa dulu .
"Kenapa mawar plastik ?", tanya Lisa pada Isham di suatu ketika dulu mereka sedang makan angin di suatu destinasi di negeri Pahang Darul Makmur .
"Wa nak bunga betul ke ? Is boleh petik kat rumah orang putih tu . Banyak bunga kat situ", selorohnya . Lisa tersenyum mendengar .
"Is ni . Beritahulah kenapa mesti bunga plastik yang Is bagi ? Sedangkan orang lain kat luar sana bagi bunga yang asli . Malah berjambak-jambak". Sengaja dia memancing perhatian Isham . Masih dipusing-pusing Lisa bunga itu .
"Awak , yang bercinta dengan awak itu kan saya . Kenapa pula saya kena ikut orang lain . Saya sayang awak dengan hati saya . Jadi ikut gerak hati saya lah , kan ?"
"Amboi , manisnya dia bermain kata . Tapi , Wa suka dengar". Mereka berdua tertawa .
"Najwa , bunga plastik ni macam perasaan Is pada Najwa sebenarnya . Ia tak akan layu , akan terus mekar dan mengharum , begitu juga perasaan Is . Is tahu ramai perempuan yang lebih memilih bunga betul dari yang plastik . Harum wanginya , tapi terlalu bisa durinya . Kesian pula jari sayang Is nanti , kan ?"
Mendengar ucapan Isham , buat diri Lisa sungguh berharga dimata lelaki itu . Terasa sebak mendengarnya . Dia diam menunduk . Isham mencuit hidung mancungnya . Lalu tersenyum bahagia Lisa .
"Andai hubungan kita tak berpanjangan , Wa jangan lupa pada perasaan Is . Macam mana bunga plastik tu tahan lama begitu jugalah kasih sayang Is pada Najwa", ujarnya lembut . Senyuman terus terukir di wajahnya .
Lisa mengerti maksud kekasih hatinya itu . Mereka berdua hanyalah manusia biasa . Bukan ditangan mereka untuk menentukan dengan siapa mereka suatu hari nanti . Tidak bermakna juga cinta mereka tidak utuh andai terpisah , cuma takdir Illahi yang lebih berhak menentukan yang terbaik buat mereka yang disayangi .
"Abang"
Bahu Isham disentuh . Dia tersedar dari kenangan lalu . Cukup manis bila diingatkan kembali . Dia tersenyum seketika .
Namun seketika itu juga , terlalu sakit rasanya bila dia memikirkan kesalahan dirinya pada Lisa selama ini . Rasa bersalahnya mula mengunung di lubuk hati . Sudah tiga tahun dia menyimpan rahsia itu . Hari semakin berlalu , hatinya semakin dihiris sembilu .
Isham bangkit . Tiba-tiba kepalanya terasa pening . Hampir saja dia terjatuh . Menahan dirinya di kerusi malas tadi . Kepalanya dipicit-picit .
"Abang . Abang kenapa ni ? Abang belum makan ubat ke tadi ?". Isham menggeleng kepala .
"Marilah kita ke bilik . Ika tolong abang", ujar gadis itu . Dipapah lelaki berketinggian 180cm itu . Isham hanya menurut . Sakit kepalanya sudah tidak keruan .
Isham hanya menjeling . Tidak menoleh . Malah pandangannya beralih ke arah taman kecil milik bondanya yang tersusun rapi dengan pelbagai jenis bungaan . Dicari-cari bunga ros paling merah . Itu kegemaran Lisa juga merupakan hadiah pertama darinya buat Lisa dulu .
"Kenapa mawar plastik ?", tanya Lisa pada Isham di suatu ketika dulu mereka sedang makan angin di suatu destinasi di negeri Pahang Darul Makmur .
"Wa nak bunga betul ke ? Is boleh petik kat rumah orang putih tu . Banyak bunga kat situ", selorohnya . Lisa tersenyum mendengar .
"Is ni . Beritahulah kenapa mesti bunga plastik yang Is bagi ? Sedangkan orang lain kat luar sana bagi bunga yang asli . Malah berjambak-jambak". Sengaja dia memancing perhatian Isham . Masih dipusing-pusing Lisa bunga itu .
"Awak , yang bercinta dengan awak itu kan saya . Kenapa pula saya kena ikut orang lain . Saya sayang awak dengan hati saya . Jadi ikut gerak hati saya lah , kan ?"
"Amboi , manisnya dia bermain kata . Tapi , Wa suka dengar". Mereka berdua tertawa .
"Najwa , bunga plastik ni macam perasaan Is pada Najwa sebenarnya . Ia tak akan layu , akan terus mekar dan mengharum , begitu juga perasaan Is . Is tahu ramai perempuan yang lebih memilih bunga betul dari yang plastik . Harum wanginya , tapi terlalu bisa durinya . Kesian pula jari sayang Is nanti , kan ?"
Mendengar ucapan Isham , buat diri Lisa sungguh berharga dimata lelaki itu . Terasa sebak mendengarnya . Dia diam menunduk . Isham mencuit hidung mancungnya . Lalu tersenyum bahagia Lisa .
"Andai hubungan kita tak berpanjangan , Wa jangan lupa pada perasaan Is . Macam mana bunga plastik tu tahan lama begitu jugalah kasih sayang Is pada Najwa", ujarnya lembut . Senyuman terus terukir di wajahnya .
Lisa mengerti maksud kekasih hatinya itu . Mereka berdua hanyalah manusia biasa . Bukan ditangan mereka untuk menentukan dengan siapa mereka suatu hari nanti . Tidak bermakna juga cinta mereka tidak utuh andai terpisah , cuma takdir Illahi yang lebih berhak menentukan yang terbaik buat mereka yang disayangi .
"Abang"
Bahu Isham disentuh . Dia tersedar dari kenangan lalu . Cukup manis bila diingatkan kembali . Dia tersenyum seketika .
Namun seketika itu juga , terlalu sakit rasanya bila dia memikirkan kesalahan dirinya pada Lisa selama ini . Rasa bersalahnya mula mengunung di lubuk hati . Sudah tiga tahun dia menyimpan rahsia itu . Hari semakin berlalu , hatinya semakin dihiris sembilu .
Isham bangkit . Tiba-tiba kepalanya terasa pening . Hampir saja dia terjatuh . Menahan dirinya di kerusi malas tadi . Kepalanya dipicit-picit .
"Abang . Abang kenapa ni ? Abang belum makan ubat ke tadi ?". Isham menggeleng kepala .
"Marilah kita ke bilik . Ika tolong abang", ujar gadis itu . Dipapah lelaki berketinggian 180cm itu . Isham hanya menurut . Sakit kepalanya sudah tidak keruan .
No comments:
Post a Comment